Tergeraklah HatiNya Oleh Belas Kasihan

8 Feb 2025

Mrk 6:30

Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.

Mrk 6:31

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.

Mrk 6:32

Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

Mrk 6:33

Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

Mrk 6:34

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

===========================================================================

Duluuuu.......ada seseorang yang mempertanyakan mengapa kami, selaku Seksi Kerasulan Keluarga di salah satu paroki, meminta penggantian uang transport untuk beberapa orang yang terlibat dalam memberikan kursus persiapan perkawinan.  Penggantian tersebut kumasukkan dalam proposal, lengkap dengan jumlah dan nama-nama mereka yang akan menerimanya.

👩: "Mengapa ada pengajuan uang transport dalam proposal?  Bukankah mempersiapkan KPP adalah bagian dari pelayanan? Harusnya diingat petuah Bapa Uskup bahwa kita itu harus melayani tanpa pamrih.  Kalau begini caranya, mereka yang terlibat dalam pelayanan gereja juga akan meminta hal yang sama.....bla...bla...bla".  

Padahal penggantian yang diajukan tidak lebih dari seratus lima puluh ribu per kepala untuk pembawa materi dan pelaksana dari kalangan awam yang jumlahnya tidak lebih dari empat orang, dan notabene akan bekerja selama dua hari non stop dari jam delapan pagi sampai jam lima sore.

Jadi, dengan bahasa yang menurutku sangat sopan sekali, aku mencoba untuk menjelaskan mengapa begini mengapa begitu kepada ibu itu.

Pertama, Pengajuan dana penggantian transport dalam proposal karena ingin menghindari yang namanya penyalahgunaan keuangan.  Itu sebabnya harus diajukan dalam proposal.  Supaya semuanya menjadi transparan dan jelas. Untuk apa dan kepada siapa dana akan diberikan.  Menurutku lebih tercela lagi seandainya dana yang didapatkan nantinya, ditilep diam-diam, dimark up dan diberi nama lain, tetapi ujung-ujungnya sama: untuk biaya tak terduga dengan alternatif alasan apa saja.

Kedua, Acara KPP diadakan bukan pada hari Minggu.  Tetapi langsung dirapel selama dua hari, yaitu pada hari Jumat dan Sabtu.  Mulai dari jam 08.00 WIB sampai jam 17.00WIB.  Seharian penuh.  Ingat, diadakan pada hari Jumat dan Sabtu.  Itu adalah hari kerja bagi sebagian orang yang notabene masih aktif bekerja, maupun orang yang memang pekerjaannya harus dilakukan dari rumah.  

Kalau pekerja kantoran, otomatis harus mengambil cuti kerja, yang tentu saja akan memotong sebagian gajinya jika tidak masuk kerja pada hari biasa.  Apalagi jika tidak masuk kerja pada  hari Sabtu.  Mau tidak mau harus rela kehilangan uang lembur, yang seharusnya bisa didapatkan seandainya lebih memilih untuk masuk kerja.  Sedang mereka yang memang bekerjanya dari rumah, otomatis akan kehilangan pendapatan pada hari itu karena harus menutup pintu usaha untuk sementara waktu.  Tetapi demi yang namanya pelayanan, mau tidak mau harus rela kehilangan semua itu, supaya program KPP bisa terlaksana.

KPP diadakan setahun tiga atau empat kali.  Jadi dalam satu tahun paling tidak harus ambil cuti selama tiga atau empat kali setiap hari Jumat dan kehilangan uang lembur sebanyak tiga atau empat kali juga setiap hari Sabtu.  Yang pendapatannya didapatkan hanya dari rumah juga demikian halnya. Dan itu semua masih dibilang bukan pelayanan karena mengajukan penggantian uang transport yang besarnya tidak seberapa untuk dua hari lamanya?! (emoticon tersenyum😁).

Ketiga, Kalau yang non awam saja bisa mendapatkan penggantian uang transport, mengapa pembawa materi yang lain tidak bisa mendapatkan penggantian uang transport?  KPP itu adalah tanggung jawab bersama.  Jadi kalau sebagian pembawa materi diberi mengapa sebagian lagi tidak boleh diberi?  Apakah karena mereka awam jadi harus melayani tanpa pamrih sementara yang non awam harus diberi tali asih?  Aturan dari manakah itu?  Seharusnya kalau sebagian tidak diberi semua yang terlibat juga tidak perlu diberi.  Titik. Itu seharusnya ( I think)!

Keempat, Pembina yang lain melakukan tugas pembinaan program kerja di hari Minggu.  Itu memang hari libur kerja.  Tidak ada yang merasa keberatan karena pembinaan bisa diadakan sepulang misa dan paling lama hanya butuh waktu dua jam lamanya. Bukan seharian penuh, dan bukan di hari kerja.  Kalau paroki mau memberikan apresiasi kepada mereka ya terserah saja.  Tetapi pembinaan penerimaan sakramen-sakramen dan pelaksanaan KPP menurutku adalah dua hal yang berbeda.

Point of viewnya apa?

Jangan pernah menghakimi orang lain dengan berlindung di balik kata PELAYANAN.  Kita tidak pernah tahu seberapa besar pelayanan yang pernah dilakukan masing-masing orang di dalam gereja.  Seberapa besar pengorbanan yang telah diberikan, secara diam-diam maupun terang-terangan, untuk keberlangsungan hidup menggereja.  Seberapa panjang perjalanan iman seseorang, dalam mencurahkan waktu dan tenaga, di dalam kegiatan gereja. Lagipula tidak semua bentuk pelayanan itu harus dipamer-pamerkan dan ditunjuk-tunjukkan supaya semua orang tahu.  Jangan pernah menggunakan ukuran baju kita untuk dipakaikan kepada orang lain, karena belum tentu ukurannya sama.

Betul apa yang disampaikan oleh Bapa Uskup (entah Bapa Uskup yang mana maksudnya).  Melayani memang harus tanpa pamrih.  Melayani memang harus dengan kerelaan dan keikhlasan.  Harus dari hati.  Tetapi melayani juga harus dilakukan dengan penuh sukacita.  Tidak menyimpan uneg-uneg dan nggrundel di belakang.  Bagaimana bisa melayani dari hati dan dengan penuh sukacita kalau totalitas pelayanan yang diberikan tidak pernah diapresiasi? Melayani tanpa pamrih bukan berarti melayani habis-habisan tanpa pikir panjang seperti orang bodoh yang oke-oke saja seandainya disuruh melompat ke dalam jurang.

Belajarlah mengapresiasi orang, yang memang patut untuk diapresiasi.  Kalau hanya gara-gara mendapatkan uang ganti transportasi yang tidak seberapa jumlahnya lalu seseorang dianggap tidak 'sepenuhnya' melayani, lalu bagaimana dengan mereka yang seharusnya memang bertugas melayani tapi kenyataannya tidak betul-betul melayani?  Mengapa harus ada pengkotak-kotakan dalam pelayanan?  Mengapa harus ada sekat-sekat?  Awam dan non awam.  Mengapa yang lain boleh dispesialkan sementara yang lain tidak boleh dianggap istimewa?  Mengapa?

"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka."

Itu sebabnya,  sebagai seorang pendosa, aku hanya perlu memandang Yesus.  Menurutku, Ia adalah wujud teladan pelayanan yang sesungguhnya.  Tahu waktunya kapan harus melayani, dan tahu waktunya kapan harus mengistirahatkan diri.  Karena bagiku, yang namanya pelayanan, itu adalah melakukan tugas sesuai kapasitasnya sebagai seorang manusia, bukan sebagai seorang malaikat.  Tetap berpijak pada tanah, dan tidak perlu merasa sudah pasti akan masuk surga.  Bagiku, apapun namanya, sadar diri itu tetap penting dan perlu! 💓

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS