![]() |
| Foto dari Pexel |
| Mrk 8:1 | Pada
waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan
karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya
dan berkata: |
| Mrk 8:2 | "Hati-Ku
tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari
mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. |
| Mrk 8:3 | Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." |
| Mrk 8:4 | Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" |
| Mrk 8:5 | Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." |
| Mrk 8:6 | Lalu
Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil
ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya
kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya
kepada orang banyak. |
| Mrk 8:7 | Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. |
| Mrk 8:8 | Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. |
| Mrk 8:9 | Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. |
| Mrk 8:10 | Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta. |
===========================================================================
Mengapa ada banyak orang yang ketika merasa dekat dengan Tuhan, malah menjauh dari sesama? Mengapa ada banyak orang yang ketika merasa dekat dengan surga, malah menjadikan hidup seperti neraka? Mengapa ada banyak orang yang suci dalam berkata-kata, tetapi kelakuannya berbanding terbalik dengan kata-kata yang diucapkannya?
Aku kenal beberapa orang, yang kehidupan beragamanya boleh dibilang sangat religius. Rajin ke gereja, tidak pernah ketinggalan kegiatan rohani, tapi bicaranya "tinggi" sekali. Selalu merasa lebih baik dari orang lain. Setiap mengeluarkan kata-kata dari mulutnya selalu terasa merendahkan. Semua topik pembicaraan selalu berputar-putar tentang dirinya. Solah-olah orang yang tidak serajin dia tidak layak di hadapan Allah.
![]() |
| Foto dari Pexel |
Memandang orang-orang seperti itu jujur saja membuatku takut. Takut kalau aku juga memiliki kecenderungan yang sama. Sama-sama suka meninggikan diri sendiri dan tanpa sadar jadi suka merendahkan orang lain. Merasa spesial dan orang lain tidak demikian. Merasa paling hebat dan orang lain bukan levelnya. Menurutku ini adalah ciri-ciri dari kesombongan rohani. Kesombongan rohani yang sejatinya harus dihindari oleh siapa saja karena bisa menjadi bumerang di suatu hari nanti.
Lalu bagaimana cara menghilangkannya? Berikut kiat-kiat menghilangkan kesombongan rohani yang sedikit demi sedikit mulai kulakukan dalam hidupku sekarang ini.
Sadar Diri
Menurutku sadar diri itu perlu. Ketika memutuskan untuk terlibat aktif dalam kegiatan rohani, pastikan bahwa itu adalah sebuah keputusan dari diri sendiri. Bukan karena disuruh orang lain, atau karena merasa tidak enak dengan mereka. Sadar bahwa seaktif apapun kita, tetap saja kita adalah manusia lemah. Akan selalu ada celah untuk melakukan kekhilafan dan salah. Sehari-hari berada di gereja tidak otomatis akan menjadikan kita malaikat. Selalu sadar bahwa diri ini adalah manusia biasa yang masih berpijak pada tanah. Manusia berdosa yang masih perlu banyak untuk berbenah.Semua orang bisa bersimpati atas suatu kejadian yang menimpa orang lain. Tapi tidak semua bisa berempati. Memiliki empati artinya bisa memahami dan berbagi perasaan dengan orang lain. Mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan membayangkan diri berada di posisi mereka. Orang yang memiliki empati tidak akan mudah menghakimi. Selalu akan menelaah permasalahan terlebih dahulu tanpa didahului dugaaan-dugaan yang bisa jadi salah. Memiliki empati minimal bisa membantu untuk mengontrol ego diri sendiri.
Menghargai Orang Lain
Kalau belum bisa menghargai orang lain minimal belajarlah. Belajar memahami bahwa orang lain itu berharga. Bahwa setiap orang itu memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Belajar menghargai perbedaan pendapat. Bukan kamu saja yang punya hak untuk berbicara. Belajarlah mendengar. Dengarkan juga pendapat orang lain karena bukan pendapatmu saja yang perlu didengar. Tidak peduli selevel atau tidak tetapi setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Selalu ingat bahwa rasa syukur dan hidup doa adalah suatu bentuk relasi yang spesial antara manusia dengan Tuhannya. Tidak perlu diumbar dan dipamer-pamerkan secara vulgar. Cukup hanya aku dan Dia yang tahu. Memberi dengan tangan kanan tanpa perlu diketahui tangan kiri. Bersyukur atas diri sendiri dulu saja. Tidak perlu menunggu perbandingan dengan mereka yang lebih susah atau lebih kaya baru bisa mensyukuri hidup. Bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan semangat untuk menjadi lebih baik dari hari sebelumnya.
Berdoalah untuk diri sendiri dulu sebelum mendoakan orang lain. Mohon kekuatan dari Tuhan untuk menjalani hidup yang bisa jadi tidak akan selalu baik-baik saja. Mohon kekuatan juga untuk bisa mendoakan orang lain yang pernah membuat luka. Entah doamu didengar Tuhan atau tidak tetaplah berdoa karena doa adalah sahabat sejati yang tidak akan pernah menghianati. Saat sendiri, saat sepi, saat merasa tidak berarti, tetaplah berdoa karena doa adalah sumber kekuatan yang tidak akan pernah mati.
Semoga aku, dan banyak orang lain juga, dijauhkan dari segala macam bentuk kesombongan rohani dalam berbagai macam bentuknya. Semoga setiap bentuk pelayanan yang diberikan, apapun bentuknya, menjadi suatu pembelajaran bahwa semuanya itu bersifat sangat personal, yang hanya perlu diketahui antara aku dan Dia.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar