===============
| Mat 6:1 | "Ingatlah,
jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat
mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang
di sorga. |
| Mat 6:2 | Jadi
apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu,
seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di
lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. |
| Mat 6:3 | Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. |
| Mat 6:4 | Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." |
| Mat 6:5 | "Dan
apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka
suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada
tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. |
| Mat 6:6 | Tetapi
jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan
berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang
melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. |
| Mat 6:16 | "Dan
apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik.
Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang
berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat
upahnya. |
| Mat 6:17 | Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, |
| Mat 6:18 | supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." |
==================================
Pernahkah kamu merasa, ketika tiba-tiba jenuh dengan segala sesuatu dan ingin menghilang sejenak dari hidupmu? Pernahkah kamu merasa, ketika hati tiba-tiba seperti tertindih batu, dan engkau dengan susah payah ingin menghempaskannya? Pernahkah kamu merasa, ketika tiba-tiba seolah hilang segala indra, dan hanya ingin tenggelam dalam keheningan nyata?
Dua hari yang lalu aku mengikuti misa Rabu Abu di paroki. Misa yang menurutku sedikit menjadi agak dramatis akibat kurangnya persiapan yang memadai. Jumlah umat yang membludak tidak diimbangi dengan jumlah kursi yang tersedia sehingga banyak umat yang harus berdiri sepanjang misa. Belum lagi ada beberapa petugas liturgi yang sepertinya asal-asalan dalam mempersiapkan diri. Mungkin karena dipikir hanya sekedar misa Rabu Abu sehingga tidak perlu totalitas yang tinggi. Misa yang harusnya berlangsung dengan penuh khidmat akhirnya harus diselingi dengan banyak gerutu. Dan pada akhirnya aku malah jadi terlihat seperti orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang hobinya mengritik kekurangan orang lain dalam topeng kesucian palsu. Rabu Abu seolah hanya menjadi ritual basa basi dari waktu ke waktu.
Perubahan hidup, meskipun terlihat kecil dan tidak berarti, tetap adalah perubahan. Intinya adalah, beranikah aku untuk berubah? Berubah dari hal yang tidak baik menuju kepada hal-hal yang baik. Berpuasa dan berpantang bukan karena kewajiban. Bukan karena ikut-ikutan dan ingin dilihat orang. Bukan karena mengharap imbalan. Tetapi berpuasa dan berpantang karena cinta. Karena cinta aku ingin berubah. Karena cinta aku rela berkurban dan berderma. Karena cinta aku ingin puasa dan pantangku menjadi indah.
Semoga Rabu Abu tahun ini, menjadi awal untuk kembali menata hati. Amin.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar