Merayakan Minggu Palma Dalam Diam

17 Apr 2025

Minggu, 13 April 2025

Ikut misa yang jam enam pagi untuk merayakan Minggu Palma.  Meskipun telat untuk diceritakan, tetapi tetap kutuliskan  karena sayang kalau dilewatkan begitu saja.  Namanya juga event satu tahun sekali.  Yang namanya perasaan, kalau tidak segera diungkapkan dengan kata-kata, hanya sekedar menjadi angin lalu belaka karena akan segera dilupakan.

Rencananya mau misa malam minggu.  Tapi apa daya malesnya luar biasa karena sepertinya mau turun hujan.  Padahal sudah mandi, sudah siap-siap ganti baju.  Kayaknya lebih enak mlungker lagi di rumah sambil nonton Netflix daripada keluar hujan-hujan.  Endingnya esok hari ya harus siap bangun pagi-pagi. Masak nasi dulu untuk makan anabul, rebus air untuk mandi, sekalian bikin sarapan ekstra kilat untuk berdua: segelas kopi hitam cap Kapal Api.  Meskipun ada aturan untuk berpuasa satu jam sebelum misa, tetapi nggak afdol rasanya kalau nggak ngopi dulu, meskipun hanya sekedar basa basi dan numpang lewat di mulut saja.

Karena misa di paroki dijadwalkan ada tiga kali, maka misa Minggu Palma jam enam pagi tidaklah terlalu heboh dan uyel-uyelan seperti yang sudah-sudah.  Suasana tenang, syahdu dan penuh penghayatan.  Hanya ada insiden kecil ketika ada bapak-bapak prodiakon yang terlalu "rajin" memberkati daun-daun palma, meskipun Romo belum melakukan berkat pembuka.  Sampai kejar-kejaran dengan prodiakon lainnya dan dilihatin oleh umat yang hanya bisa ngangak-ngangak.  Bingung melihat adegan yang terjadi di depan mata.  Kalau aku positif thinking sajalah.  Mungkin bapak itu tidak sempat ikut gladi bersih atau bisa jadi beliau lagi banyak pikiran.  

Karena setelah misa jam enam akan ada lagi misa jam sembilan, maka misa berlangsung agak lebih cepat dari biasanya.  Homili yang biasanya panjang-panjang sepanjang sungai Bengawan Solo kali ini menjadi lebih singkat dari biasanya.  Jam tujuh lewat lima belas menit semua sudah selesai komuni.  Tapi ternyata pengumuman paroki astaga naga banyaknya.  Lebih-lebih dari homili saja panjangnya.  Semua dibacakan.  Semua diumumkan.  Padahal di depan ada papan pengumuman, dan setiap Minggu pengumuman paroki dalam bentuk PDF juga dibagikan Komunitas Basis masing-masing.  Tepok jidatlah pokoknya.


Terlepas dari semua itu, aku merasa menjadi seperti orang-orang Yahudi.  Kemarin-kemarin dengan lantang menaikkan puja dan puji bagi Yesus, tetapi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya dengan mudah bisa menghianati Dia.  Membayangkan diriku sendiri bisa berada di posisi yang sama dengan mereka.  Ketika segala keinginan dan kenyataan bertolak belakang, kesedihan dan rasa kecewa seringkali menjadi tolak ukur untuk menghindari Dia.  Menghilang dari pandanganNya.  Bahkan rela berhianat hanya karena merasa tidak akan mendapatkan apa-apa.  Ketika iman hanya berisikan pamrih, maka yang tersisa hanyalah rasa duka dan kecewa.

Daun PalmaPerarakan.  Sorak sorai.  Puja puji.  Semuanya akan terhenti hanya dalam hitungan hari.  Semua yang berarak akan mencaci maki.  Semua yang memuji akan menuntut mati.  Semua yang berpamrih, hanya akan mencintai diri sendiri.  

Semua perjalanan ini, bagi sebagian orang, pada akhirnya adalah kesempatan untuk berbenah dan menyembuhkan luka.

SELAMAT MERAYAKAN MINGGU PALMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS