Lord Have Mercy On Me (2)

24 Okt 2024

Foto diambil dari Pexel

 

Yang paling membosankan kalau mengikuti pertemuan doa di lingkungan dengan menggunakan tema atau materi yang sudah ditentukan itu adalah cara penyampaiannya yang bertele-tele.  Meskipun sebenarnya bisa dibikin singkat tapi seringkali malah dipanjang-panjangkan biar kesannya terasa lama.  Normalnya doa lingkungan atau doa komunitas yang ideal itu menurutku ya satu setengah jam.  Dua jam itu sudah terlalu lama.  Apalagi sampai tiga setengah jam.  Itu namanya lama banget.

Di Batam doa kumunitas atau lingkungan biasanya diadakan setiap hari Rabu, dimulai antara jam tujuh atau jam delapan malam.  Alasannya karena menyesuaikan dengan kondisi umat yang mayoritas adalah pekerja.  Banyak di antara mereka yang jam enam atau tujuh malam baru keluar dari kantor atau perusahaan.  Kalau doa lingkungan di mulai jam delapan malam minimal mereka masih bisa mengejar waktu untuk bisa berkumpul bersama saudara seiman.

Yang jadi masalah itu kalau doa lingkungan yang seharusnya bisa dibikin cepat ringkas dan padat malah dibawakan dengan panjang lebar dan bertele-tele kemana-mana.  Umat yang ikut doa sepulang kerja bukannya tambah segar malah jadi tambah ngantuk.  Capeknya sungguh sangat terasa.  Awalnya ingin mendapat 'pencerahan' dalam pertemuan yang ada malah dapat zonk semata.  Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.  Berharap pertemuan cepat selesai!

Foto diambil dari Pexel

Memang tidak semua lingkungan atau komunitas mengalami hal seperti itu.  Tapi tidak menutup kemungkinan ada paroki yang komunitasnya memang seperti itu.  Seharusnya setiap pemimpin dalam pertemuan doa komunitas bisa bersikap fleksibel dalam melakukan tugasnya.  Harus ingat bahwa umat yang hadir itu sudah bersusah payah untuk meluangkan waktu dalam pertemuan sementara besoknya masih harus bekerja atau sekolah.  Harus ingat bahwa mamak-mamak yang ikut dalam pertemuan sambil menggendong bayi itu kebanyakan sudah menguap berkali-kali sembari berharap doa cepat selesai. 

Tapi mau bagaimana lagi, ye kan?  Ada manusia yang  hobinya memang bicara panjang lebar supaya dilihat orang.  Dengan bicara panjang lebar ia merasa dirinya penting.  Merasa dibutuhkan.  Merasa smart.  Merasa berharga.  Merasa yang lain itu hanya umat yang otaknya biasa-biasa saja.  Jadi semakin lama pertemuan akan semakin puaslah mereka.  Intinya itu kalau segala sesuatu itu bisa dipanjang-panjangkan waktunya mengapa harus disingkat-singkatkan begitulah kira-kira.  

Foto diambil dari Pexel

Jadi itulah salah satu alasanku mengapa kadang bolong-bolong ikut pertemuan.  Baru membayangkan saja sudah mager.   Males Gerak!  Kalau doa mulai jam tujuh tiga puluh malam nanti baru bisa pulang jam sepuluh tiga puluh malam.  Tiga jam!  Coba bayangkan, tiga jam! Kalau mulainya jam delapan malam malah bisa pulang jam sebelas malam.  Lagi-lagi tiga jam.  Biasanya sampai rumah langsung terkapar.  Alamat besoknya bangun kesiangan.  Aku sih bisa tidur lagi setelah tidak bekerja.  Tetapi Pak DjokoWi selalu pontang-panting karena harus berangkat kerja jam enam pagi.

Semoga para pemimpin dalam pertemuan doa komunitas mendapatkan pencerahan dari Roh Kudus supaya bisa mengurangi nafsu 'bicara'nya yang sering kemana-mana. Bicaralah seperlunya sesuai dengan kapasitas yang seharusnya.  Kalau materi atau temanya tentang A ya fokus saja bicara tentang A.  Jangan nambah-nambahin sendiri menjadi A plus atau A minus.  Ingatlah bahwa besoknya ada banyak anggota yang harus pergi bekerja.  Semoga para pemimpin mendapat pencerahan untuk bisa melayani tanpa pamrih.  Dan semoga aku bisa menjadi umat yang tidak mageran lagi.  Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS