Hidup Bebas Tanpa Rasa Sedih dan Kuatir?

31 Jul 2024

 ======================================================================================================

Mat 13:44"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

Mat 13:45Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.

Mat 13:46Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

======================================================================================================

Aku tidak akan bicara tentang sabda Yesus di atas, karena aku yakin bahwa setiap orang pasti memiliki pengalaman iman yang berbeda-beda.   Ada yang sudah 'merasa' menemukan kerajaan surga.  Ada yang betul-betul sudah menemukannya.  Ada yang masih mencari-cari, mengais-ngais tanpa kenal lelah meskipun ia berada tepat di depan mata.  Ada yang masih berproses dalam pencarian panjang.  Ada yang masih ragu-ragu dan menyimpan banyak pertanyaan.  Tapi di atas semua itu, intinya hanya satu: semua orang menginginkan dan mendambakan hidup dalam kerajaan surga, alias hidup bahagia.

Aku sering berpikir, apakah mungkin seseorang benar-benar bisa hidup bebas tanpa rasa sedih dan kuatir? Apakah memang bisa demikian?  Karena aku sendiri sering mengalami bagaimana perasaan sedih dan kuatir itu otomatis akan datang mengaduk-aduk emosi, saat mengalami suatu permasalahan yang tidak menyenangkan.  Rasa sedih dan kuatir akan menghantui hidup selama berhari-hari, berbulan-bulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun.  Dan disadari atau tidak, efeknya adalah menjadikan diriku sebagai seorang yang penyakitan.  Sedikit-sedikit migrain.  Sedikit-sedikit vertigo.  Sedikit-sedikit nyeri sendi.  Encok.  Masuk angin.  Padahal harusnya 'masih jauh' dari masalah-masalah itu seperti itu.

Ada sebuah sajak dari Kalidasa, seorang pengarang drama terkenal dari India, yang sangat membekas dalam diriku.  Sajak ini, meskipun terkesan sederhana tetapi menurutku sungguh sarat dengan makna.  Sajak yang mengajak orang sepertiku untuk tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan hati dan kekuatiran, karena kesedihan hati yang berkepanjangan hanya akan membunuh diri diri sendiri secara perlahan.  Bunyi sajaknya adalah seperti berikut:

SALAM KEPADA FAJAR
 
                                    Pandanglah hari ini!
                                    Sebab inilah hidup, hidup yang benar-benar hidup.
                                   Dalam jangkanya yang singkat ini
                                   Terletak semua kebenaran dan kenyataan eksistensimu:
                                                    Kebahagiaan pertumbuhanmu
                                                    Kemuliaan perbuatanmu 
                                                   Kemegahan karyamu
                                    Sebab kemarin hanyalah mimpi
                                    Dan besok hanyalah bayangan,
                                    Tapi hari ini sungguh ada dan membuat kemarin jadi mimpi bahagia.
                                    Dan besok jadi bayangan yang berpengharapan
                                    Oleh karena itu pandanglah hari ini!
                                    Inilah salam kepada fajar.

Dulu aku pernah mengetik sajak ini dan menaruhnya dalam sebuah bingkai.  Bukan untuk dijadikan azimat atau semacamnya.  Tetapi lebih sebagai pengingat diri bahwa 'hari ini sungguh ada'.  Sederhananya adalah lupakan yang sudah terjadi, berharaplah untuk masa depan, tetapi jadikanlah versi terbaik dirimu pada hari ini.  Bukan kemarin, bukan juga esok hari.  

Salah satu sabda Yesus yang mirip-mirip seperti sajak di atas dan berbunyi seperti ini:  "Oleh karena itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri.  Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.  Have no anxiety for the tomorrow".  Apakah dengan demikian kita tidak perlu memikirkan hari esok?  Bukankah persiapan hari esok sungguh sangat penting karena akan menentukan masa depan kita di masa mendatang?

Tentu saja orang harus memikirkan hari esok.  Masa depan harus dipikirkan baik-baik, direncanakan serta dipersiapkan sebaik mungkin.  Tetapi tidak boleh disertai dengan kekuatiran.   Itu yang mau disampaikan.  Rasa takut, rasa sedih, dan kekuatiran yang berlebihan hanya akan membawa berbagai macam jenis penyakit masuk ke dalam diri.  Pada akhirnya, banyak penyakit mematikan muncul akibat kesedihan hati yang berlarut-larut.

Jadi, saat ingin lepas dari kesedihan hati, aku mulai mencoba beberapa hal seperti berikut ini.  Pertama, berusaha tidak merisaukan soal masa depan dan belajar menikmati hidup setiap hari mulai dari saat bangun sampai saat tidur lagi (Sir William Osler).  Kedua, jika keadaan memburuk dan membuat tidak bisa berkutik, mencoba bertanya kepada diri sendiri, keadaan paling jelek seperti apa yang akan datang menimpa.  Selanjutnya menyiapkan mental untuk menerima hal paling jelek tersebut, jika memang perlu.  Setelah bisa menerima keadaan, dengan tenang berusahalah memperbaiki hal yang paling jelek tersebut (Willis H. Carrier).  Dan yang terakhir pada akhirnya akan mati sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS