Tugas Koor Jumat Agung Yang Melelahkan

30 Apr 2025

Di antara semua tugas di gereja, sepertinya tugas koor Jumat Agung kali ini adalah tugas yang paling melelahkan.  Bukan hanya karena harus berlatih menyanyi lagu-lagu baru yang lumayan banyak jumlahnya, tetapi juga karena masih harus berlatih lagi lagu yang harus dinyanyikan dalam pasio.  Sebagai informasi, pasio adalah bacaan Injil yang biasanya dinyanyikan saat Minggu Palma atau Jumat Agung dalam kegiatan Pekan Suci.  Karena Ibadah Jumat Agung berlangsung dua kali, jam dua belas siang dan jam tiga sore, maka dua kali itu pula kami harus bertugas.  Kalau satu kali ibadah berlangsung hampir tiga jam lamanya, bisa dibayangkan berapa lama kami harus berjuang untuk  bisa tetap bernyanyi demi kelangsungan acara.

Sebenarnya aku tidak keberatan untuk bertugas dua kali ibadah.  Tetapi jumlah lagu yang terlalu banyak, dan waktu latihan yang mepet membuat koor terasa kurang maksimal.  Kalau semua peserta koor paham notasi mungkin tidak jadi masalah.  Yang jadi masalah adalah karena tidak semua peserta koor paham notasi dan jumlah ketukan dalam sebuah lagu.  Bisa dimaklumi karena kebanyakan mereka ikut koor karena memang disuruh komunitasnya masing-masing dan sebagai bentuk pertanggungjawaban karena mendapat jatah tugas liturgi.  Jadi semakin di-push dengan banyak lagu baru maka hasilnya seperti itulah.  Tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata 😁

Bagaimana tidak melelahkan, saat latihan saja sudah terasa demikian.  Terlalu banyak lagu yang harus dipelajari, dan terlalu banyak peserta koor yang gonta ganti.  Hari ini datang, kali lain hilang.  Sopran dan Alto yang lumayan banyak tidak diimbangi dengan Tenor dan Bas yang hanya beberapa gelintir saja jumlahnya.  Beberapa gelintir saja kalau tahu bagaimana harus bernyanyi dengan baik tidak masalah.  Ini mengeluarkan suara saja takut-takut apalagi harus berlatih lagu sebanyak itu.  Tambah takut lagi.  Waktu latihan dua kali seminggu dengan jam yang cukup lama membuat tenaga seperti terkuras rasanya.  Guru pengajar yang notabene paham not capek, apalagi murid yang pahamnya hanya setengah-setengah.

Menurutku, koor Jumat Agung itu cukup belajar dua tiga lagu saja dari teks.  Sisanya bisa ambil dari buku Puji Syukur seperti biasanya.  Dengan demikian belajar lagu-lagu baru bisa fokus dan menyanyi pasionya juga tidak gratul-gratul karena takut salah. Kalau terlalu banyak yang harus dipelajari malah banyak lupanya.  Mau diforsir latihan berjam-jam pun tidak akan mempan.  Bagus tidak, amburadul iya.  Apalagi kalau sound sistemnya tidak bisa menjangkau tempat duduk koor yang sebanyak itu.  Peserta koor banyak atau sedikit kalau speaker untuk menyanyi mencukupi pasti suara akan bisa terbantu dan terjangkau oleh umat yang duduk di dalam maupun di luar gereja.

Menurutku lagi, tugas koor itu adalah bagian dari tugas liturgi.  Seharusnya koor bukan menjadi ajang gaya-gayaan hanya karena ingin tampil di depan.  Bukan pula karena ingin bersaing wilayah mana yang tampilannya lebih baik atau tidak baik.  Bukan banyak-banyakan lagu baru.  Bukan juga karena mau tampil di panggung atau mau konser supaya dilihat dan dipuji-puji orang.  Yang ingin dikeploki setelah selesai bernyanyi.  Koor adalah salah satu pendukung berjalannya suatu liturgi dalam gereja.  Bukan menjadi perhatian utama dari sebuah liturgi.  Yang menjadi perhatian utama di dalam liturgi harusnya adalah Tuhan sendiri.  Koor, petugas liturgi yang lain, itu adalah sarana pendukung supaya liturgi dalam misa atau ibadah bisa berjalan dengan baik.  

Bagiku, tugas koor kali ini adalah tugas yang paling melelahkan di antara tugas yang pernah ada.  Dari saat latihan sampai saat harus tampil habis-habisan.  Tetapi di antara semua itu, tetap bersyukur karena masih beroleh kesempatan untuk bisa terlibat dalam tugas liturgi dalam pekan suci tahun ini.  Meskipun sangat heran dan merasa lucu sekali dengan himbuan dari paroki yang meminta umat mengenakan warna baju sesuai liturgi padahal tidak ada aturan resmi dari Gereja Katolik Roma, aku juga tetap bersyukur.  Kuanggap saja angin lalu.  Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.  Aku bukan bagian dari umat Gereja Katolik Paroki, tetapi aku adalah bagian dari umat Gereja Katolik Roma.  That's all.  Jadi apa-apa yang sekiranya tidak masuk akal akan kulewatkan begitu saja tanpa beban.  Selamat merayakan Jumat Agung, bagi yang merayakan! πŸΌπŸ’“
 
#Late post, 18 April 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS